Ada juga berita bohong soal penyerangan tokoh agama yang dikaitkan dengan kebangkitan partai terlarang PKI. Pada awal 2018 terjadi kasus pemukulan terhadap seorang kyai atau tokoh agama. Setelah tertangkap pelakunya ternyata adalah orang gila. Beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab menarasikan kejadian tersebut sebagai tanda-tanda kebangkitan PKI. Isu itu menimbulkan keresahan masyarakat.
Hoaks terbaru adalah kabar bohong terkait 7 kontainer surat suara tercoblos yang masuk melalui pelabuhan Tanjung Priok. Ketua KPU Arief Budiman memastikan itu adalah berita bohong.
“Kami memastikan berdasarkan keterangan pihak bea cukai, tidak ada berita tentang tujuh kontainer tersebut. Itu tidak benar,” kata Arief usai melakukan pengecekan langsung ke kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu tengah malam (2/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebelumnya, Kominfo menemukan 62 hoaks lain seputar Pemilu dan Pemilihan Presiden (Pilpres) selain hoaks soal 7 kontainer surat suara yang tercoblos. Konten-konten seperti ini diprediksi akan terus beredar hingga April saat hari pencoblosan.
Hingga kini belum ada cara efektif bagaimana meng-counter atau memerangi berita bohong. Yang perlu dilakukan adalah terus mengingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya hoaks. Peran media massa pun penting. Sebuah iklan ‘perang melawan fake news’ yang cukup menarik dirilis CNN pada Oktober 2017 lalu. Pesannya sederhana saja, seperti berikut:
This is an apple. Some people might try to tell you that it`s a banana. They might scream, `Banana, banana, banana` over and over and over again. They might put banana in all caps. You might even start to believe it`s a banana, but it`s not. This is an apple. (Ini adalah sebuah apel. Sebagian orang akan mencoba meyakinkanmu itu adalah pisang. Mereka bahkan akan berteriak, “Pisang, pisang, pisang” secara berulang ulang. Mereka akan terus mengatakannya. Hingga akhirnya Anda akan mulai percaya bahwa itu adalah pisang. Tapi bukan. Ini adalah apel.
Atau mulailah dengan diri sendiri dengan cara tidak mudah menyebarkan hoaks. Shafiq Pontoh dari Masyrakat Anti Fitnah Indonesia (Marindo) mengatakan, kita harus tabayyun dan menahan jempol, sehingga tidak mudah terpengaruh untuk langsung membagikan ke yang lain. Terlebih informasi yang diterima ini sumbernya tidak jelas dari mana. “Tabayun. Tahan jempol, jangan dikit-dikit share (bagikan),” katanya di akhir Desember lalu.
Untuk menangkap peredaran hoaks, Shafiq menyebutkan bahwa harus ada upaya bersama-sama melakukan digital siskamling. “Kenapa lakukan itu? Hoaks itu seperti virus. Hoaks itu suka muncul lagi, muncul lagi.”
Hoaks semakin banyak saja beredar di tengah kita terutama yang bernuansa politik. Kita tak boleh membiarkannya berseliweran, apalagi yang bertujuan memecah-belah bangsa.
*Rin Hindryati adalah redaktur di Law-justice.co
Halaman : 1 2