Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), anggota Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pareira membuat sebuah catatan kritis terkait pendidikan di Indonesia.
Menurut Andreas, merujuk pada cita-cita dasar yang menjadi tujuan didirikannya NKRI salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, kata dia, sejak awal lahirnya bangsa Indonesia, founding fathers republik ini sudah sadar betul bahwa pendidikan adalah kata kunci untuk mengisi tujuan hidup bangsa yang merdeka.
“Pendidikan adalah kunci untuk menciptakan bangsa yang cerdas,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Tajukflores.com, Sabtu (2/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Andreas mengatakan tujuan bernegara adalah mencerdaskan bangsa maka pendidikan adalah instrumen untuk melahirkan bangsa yang cerdas.
“Tidak ada bangsa yang cerdas, tidak ada bangsa yang maju, yang pendidikannya tidak maju. Suatu bangsa maju, kalau pendidikan, kalau sumber daya manusia (SDM) terdidik,” kata Politisi Asal NTT itu.
Pendidikan merupakan instrumen utama untuk menciptakan keadilan sosial. Perubahan strata sosial individu, masyarakat bahkan bangsa hanya mungkin terjadi kalau memperoleh akses pendidikan yg sama dan merata.
Menurutnya, untuk melahirkan pendidikan yang mencerdaskan, pendidikan yang melahirkan keadilan sosial tentu harus didukung oleh sistem pendidikan yang dibsngun, yang terdiri dari komponen-kompenen utama, yaitu: pilihan metode pendidikan yang tepat, guru atau pendidik dan sarana penunjang pendidikan.
Andreas mengatakan semua itu sesuai dengan prioritas pemerintahan Jokowi yang menempatkan pembangunan SDM sebgai prioritas. Andreas menyakini bangsa ini akan masuk ke dalam suatu era baru dalam sistem pendidikan nasional yang oleh mendikbud Nadiem Makarim disebut Merdeka Belajar.
“Inti dari merdeka belajar tentu pada ruang terbuka yang disiapkan untuk guru dan murid agar menguasai komptensi-kompetensi dasar keilmual dibidangnya masing untuk selanjutnya berinovasi, berkreasi dab berimprovasi dalam proses pendidilam untuk melahirkan talenta-talenta kecerdasan yang mampu menjawabi persoalan dan tantangan kehidupan manusia,” ujar Andreas.
Persoalannya, kata dia bisakah kita menerapkan konsep merdeka belajar ini untuk Indonesia setelah sekian lama anak bangsa ini dididik dengan sistem pendidikan indoktrinatif melalui beban kurikulum yang menumpuk yang ditentukan dari atas.
Politisi PDI-P itu optimis konsep merdeka belajar yang ditawarkan oleh Nadiem Makarim bisa diterapkan di Indonesia asalkan memenuhi empat syarat.
Pertama, kata dia konsep merdeka belajar ini harus menjadi metode pendidikan yang dibakukan dalam sistem pendidikan nasional.
Halaman : 1 2 Selanjutnya