Ignasius Suradin, salah seorang pelaku pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat menyatakan menolak terkait sistem booking online apabila masuk ke beberapa situs wisata di Taman Nasional Komodo (TNK).
“Setiap wisatawan yang berkunjung ke satu tempat ke tempat yang lain perlu melewati beberapa fase atau tahap, sehingga sudah layak atau pantas di tempat wisata yang selanjutnya, misalnya rapid tes,” katanya dalam diskusi yang digelar Insan Pariwisata Indonesia (IPI) DPD NTT di Hotel Flamingo Avia Bajo, Kamis (9/7).
Ignasius mengatakan, jika alasan pihak BTNK untuk menerapkan booking online agar mendapatkan data akurat, hal tersebut dirasa janggal karena hal tersebut menunjukkan kurangnya koordinasi BTNK dengan pihak bandara dan pemerintah daerah terkait pendataan jumlah kunjungan wisatawan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Bagi saya jika untuk pendataan saja itu janggal, berarti selama ini BTNK, Bandara dan Pemda tidak ada kerja sama, tidak sinkron. Jadi tamu-tamu yang kita daftar di pelabuhan atau di tempat wisata tidak terekam, dan ini lucu sekali,” ujarnya melansir Pos Kupang.
Menurutnya, booking online yang dilakukan tidak berpihak kepada para pelaku pariwisata dan tidak berkeadilan.
“Kalau dibatasi 25 hari per orang per spot. Jika yang datang dalam satu hari ada ratusan orang baik melalui Bandara, maka yang lain mau dikemanakan,” tegasnya.
Ignasius menambahkan, wisatawan sudah menjalani Rapid Tes, berarti sudah sangat pantas mengunjungi TNK, selanjutnya pihak TNK membuat rute tracking yang beda sehingga semua wisatawan dapat berkunjung ke TNK.
“Kan di TNK ada petugas, sehingga ada social distancing, daripada harus dibatasi,” ujarnya.
Membatasi, kata dia, adalah bagian dari penjajahan, karena negara dinilai sudah turut campur dalam ranah bisnis.
“Ini merupakan cara lain negara menjajah rakyatnya dengan sistem. Kuota per hari bukan solusi yang tepat, 25 orang per situs wisata bahkan hingga 50 orang per situs wisata pun tidak tepat. Menurut sata rute saja yang diubah. Dan tinggal diberitahukan berapa lama waktu wisatawan ada di spot, timming ini yang perlu ditekankan, berapa jam dia harus ada di spot bukan jumlah, karena jumlah saya itu sangat tidak berkeadilan,” jelasnya.
Sementara itu, Ignasius Fendi juga salah seorang pelaku pariwisata dalam diskusi tersebut mempersoalkan nomor kontak pribadi yang ada di website BTNK.
“Kejanggalan contak person BTNK dan email Yahoo,” ujarnya.
Halaman : 1 2 Selanjutnya