Sementara itu, Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Pelaksana Jalan Nasional III Provinsi NTT, Yanuar Dwi Putra menjelaskan, perbedaan antara trotoar premium dan non premium dari material dan desain yang digunakan, yakni trotoar non premium biasanya menggunakan lantai paving blok.
“Untuk trotoar premium menggunakan PJU (penerangan jalan umum) yang bentuknya mirip dengan tongkat ranger di Pulau Komodo, juga menggunakan lantai trotoar dari andesit yakni batu alam yang dibentuk menjadi persegi untuk ditata rapih, dan dilengkapi tempat sampah, dan kursi untuk melihat sunset,”kata Yanuar.
Lebih lanjut, Yanuar menambahkan, untuk mendukung program mitigasi dampak Pandemi COVID-19, pelaksanaan penataan kawasan pedestrian di Labuan Bajo juga disisipkan kegiatan dengan skema Padat Karya Tunai (PKT) yang melibatkan masyarakat/warga setempat sebagai pelaku pembangunan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Karena masyarakat Labuan Bajo banyak yang bergantung pada penghasilan dari sektor pariwisata, pada situasi pandemi seperti saat ini mereka banyak yang pendapatannya berkurang, bahkan kehilangan mata pencaharian. Mereka mendapat penghasilan dengan bekerja menjadi unskilled labour di program padat karya,” jelasnya.
Selain penanganan jalan, trotoar, dan drainase di dalam kota, Kementerian PUPR melalui BPJN NTT juga meningkatkan jaringan jalan yang terhubung dengan kawasan sekitar Labuan Bajo.
Pada 2021, terdapat dua paket kegiatan infrastruktur jalan, yakni pengaspalan Jalan Labuan Bajo-Terang-Pelabuhan Bari sepanjang 1,8 km dan Preservasi Jalan Labuan Bajo-Malwatar-Kota Ruteng sepanjang 107,5 km.
Rencananya juga akan dibangun Jalan Labuan Bajo–Tanah Mori menggunakan dana Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebagai persiapan Labuan Bajo menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 dan ASEAN Summit 2023 mendatang.
“Dirjen Bina Marga sudah memerintahkan kepada Balai Jalan NTT untuk melakukan lelang dini dengan skemanya multiyears kontrak,” pungkas Yanuar.
Halaman : 1 2