“Kalau kita efektif menangani corona, seperti di Vietnam, New Zeeland, Taiwan, Jerman, maka cepat pulihnya. Ini hanya perlu waktu enam bulanan kira-kira,” tandasnya.
Rizal pun merekomendasikan sebuah kebijakan penting ke depan, terutama terkait terhambatnya proses pendidikan di tengah pandemi dengan menunda pelaksanaan Pilkada 2020.
“Kalau saya sih, tunda dulu Pilkada ini. Enam bulan atau satu tahun lagi. Duit yang 20 triliun kita belikan 30 juta handpone. Kita pasang satu juta wifi, di titik-titik, di Gereja, di Mesjid, di sekolahan. Supaya anak-anak bisa belajar yang benar,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Manultrisi
Sementara itu, Setyo Budiantoro dalam diskusi itu menekankan bahwa yang tak kalah berbahaya dari krisis ekonomi saat ini adalah adanya malnutrisi.
“Hal yang lebih mengkhawatirkan dari resesi adalah malnutrisi di keluarga miskin / rentan, dimana Lebih dari 7 juta balita mengalami pertumbuhan terhambat, bahkan sebelum pandemi (Unicef),” tegasnya.
Menurutnya, berkurangnya pendapatan orang tua turut meningkatkan resiko malnutrisi bagi 24 juta anak di seluruh Indonesia, yang kemudian berakibat pada munculnya brain development & kerentanan untuk sakit.
“Hilang/berkurangnya pendapatan orang tua meningkatkan resiko malnutrisi pada 24 juta balita seluruh negeri (Save the children). Dampak balita kekurangan nutrisi adalah persoalan brain development & rentan sakit seumur hidup,” ujarnya.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Budi menjelaskan perlunya realokasi anggaran di Kemenhan dan didistribusikan ke Kemensos untuk bisa menangani masalah malnutrisi ini.
“Oleh karena itu, kesimpulan dari berbagai macam data itu tadi. Menurut saya, perlu ada penghematan terutama kementerian pertahanan dan kepolisian, paling tidak 30 triliun untuk Kemensos. Kalau kita lihat sebelumnya tadi, Kemensos justru turun,” paparnya.
Pasalnya Indonesia tidak sedang dalam keadaan darurat sipil, melainkan sedang dalam darurat ekonomi terutama berdampak ke malnutrisi.
“Menurut saya, Indonesia pada saat ini tidak sedang dalam posisi darurat sipil, tetapi darurat malnutrisi yang mengancam kemiskinan dan ketimpangan berkelanjutan,” jelasnya.
Meskipun demikian, Budi tak menampik bahwa kunci utama mengatasi masalah ekonomi saat ini adalah tergantung pada keberhasilan menangani pandemi Covid-19.
“Kunci pemulihan ekonomi adalah keberhasilan mengatasi pandemi. Bila ekspetasi positif, maka spending tidak akan ditahan,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi saat ini sedang dalam pemulihan. Karena kontraksi terbesar terjadi pada bulan Mei 2020, tetapi setelah itu sudah terjadi proses pemulihan.
“Bulan Mei terjadi kontraksi paling besar. Adjustmen terjadi mulai Juni. Recovery mulai terjadi meski dalam bayangan pandemic,” pungkasnya.
Halaman : 1 2