Pemerintah Australia membantu Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam mengatasi virus virus African Swine Fever (ASF). Tercatat, sebanyak 500.000 ternak babi di NTT mati karena terpapar virus ASF atau flu babi Afrika saat pertama kali mewabah di daerah itu pada 2020.
Serangan terhadap ternak babi berdampak kerugian ekonomi bagi peternak.
“Pada tahun 2020 penularan cepat virus ASF di NTT mengakibatkan kematian lebih dari 500.000 ekor babi dan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi peternak,” ujar CEO Promoting Rural Incomes through Support for Markets in Agriculture (PRISMA), Nina FitzSimons di Kupang, Selasa (7/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal itu disampaikan Nina FitzSimons saat menyerahkan tiga unit alat diagnostik Loop Mediated Isothermal Amplification (LAMP) untuk deteksi virus ASF dari pemerintah Australia senilai Rp1,4 miliar guna mendukung penanganan pencegahan penularan ASF di NTT.
Ia mengatakan, ketiga alat deteksi virus ASF itu untuk mendukung Pemerintah NTT dalam upaya pemulihan sektor peternakan babi di NTT yang merupakan daerah dengan populasi ternak babi terbesar di Indonesia.
Menurut dia, ketiga alat tersebut merupakan alat diagnostik Loop Mediated Isothermal Amplification (LAMP) dan reagen terkait yang dikirimkan sebagai bagian dari paket dapat mendeteksi virus ASF pada Babi yang ditempatkan di tiga lokasi yaitu Pulau Flores, Sumba dan Timor.
“Alat ini diharapkan dapat mendukung Pemerintah NTT dalam upaya pemulihan usaha sektor Babi di Provinsi NTT mengingat diagnosis dapat dilakukan lebih cepat, sehingga tindakan pengendalian dapat segera dilakukan,” kata Nina FitzSimons.
Halaman : 1 2 Selanjutnya