Bupati Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) Hery Nabit angkat bicara terkait alasan dirinya tidak memberikan klarifikasi secara terbuka ke publik soal dugaan suap proyek APBD di daerah tersebut.
Dalam keterangan yang disampaikannya pada rapat dengan DPRD Kabupaten Manggarai beberapa waktu lalu, Hery Nabit menjelaskan, ia tidak memberikan klarifikasi terkait masalah tersebut karena hal itu hanya akan memantik api yang sementara berkobar di tengah masyarakat.
“Karena apapun kalrifikasi, pernyataan-pernyataan counter dari kami sebagai Bupati Manggarai, cepat atau lambat akan memantik api yang sedang ada di dalam masyarakat, baik yang tidak setuju dengan kami maupun yang setuju dan mendukung kami sepenuh hati,” kata Hery Nabit, Senin, 12 September 2022.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Karena itu, izinkan kami untuk tidak memberikan komentar apapun berkaitan dengan masalah ini [dugaan suap proyek APBD Manggarai],” lanjut dia.
Hery Nabit pun menegaskan bahwa dalam konteks kasus dugaan suap proyek APBD ini, ia memiliki prinsip menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah.
“Karena semua yang disebut-sebut [dalam kasus suap proyek APBD Manggarai] sudah diperiksa, maka dari itu kita menunggu hasil pemeriksaan dari pihak yang berwenang,” kata Hery Nabit.
Untuk diketahui, dalam kasus dugaan suap proyek APBD Manggarai ini, nama istri Bupati Hery Nabit, Meldyanti Hagur terseret di dalamnya.
Dugaan keterlibatan Meldyanti Hagur dalam kasus tersebut pertama kali diungkapkan ke publik oleh seorang kontraktor bernama Adrianus Fridus alias Anus pada akhir Agustus lalu.
Pada saat itu, Anus mengaku dan mengklaim bahwa dirinya pernah melakukan pertemuan `empat mata` atau secara langsung dengan Meldyanti Hagur pada Sabtu, 28 Mei 2022 untuk membahas perihal `bagi-bagi proyek APBD` yang ada di Kabupaten Manggarai.
Dari pengakuan Anus, dalam pertemuan itu, istri orang nomor satu di Kabupaten Manggarai tersebut didampingi oleh seorang Tenaga Harian Lepas (THL) di Dinas PUPR Kabupaten Manggarai bernama Rio Senta.
“Saya datang dari Labuan Bajo, dipanggil oleh Rio Senta. Tanggal 28 Mei itu saya, Rio, dan ibu [istri] bupati bertemu di rumah jabatan,” kata Anus ketika dihubungi media pada Rabu, 31 Agustus 2022.
Pada pertemuan tersebut, demikian Anus menerangkan, ia ditawari oleh Meldyanti Hagur empat buah paket proyek APBD Manggarai. Rinciannya ialah dua paket lapen [lapisan penetrasi], satu paket rabat beton, dan satu paket untuk pembangunan sekolah.
Anggaran untuk keempat paket proyek tersebut, demikian Anus melanjutkan, ialah mencapai Rp1,485 miliar dan pada saat itu, Meldyanti Hagur meminta fee 5% dari Rp1 miliar atau Rp50 juta kepadanya, yang dibayarkan di awal.
“Kami sepakat 5% itu dari nilai Rp1 miliar. Sedangkan lebihnya senilai Rp 485 juta [dari total anggaran] tidak dipotong [untuk fee] karena saya dulu tim sukses. Itu jadi balas jasa tim sukses,” ungkap Anus.
Setelah pertemuan itu berlangsung dan telah terjadi kesepakatan demikian, Anus mengaku bahwa dirinya terus dihubungi oleh Rio Senta untuk segera menyerahkan sejumlah uang yang disepakati itu.
Karena dihubungi terus oleh Rio Senta, Anus kemudian menyerahkan sejumlah uang tersebut kepada Meldyanti Hagur melalui seorang karyawan di Toko Monas, toko usaha dagang hasil bumi milik Meldyanti Hagur. Saat itu, ia mengaku dikawal secara langsung oleh Rio Senta.
Akan tetapi, meski sudah menyerahkan sejumlah uang tersebut, Anus mengaku bahwa dirinya tidak mendapat jatah proyek sebagaimana dijanjikan oleh Meldyanti Hagur. Karena itu, pada akhirnya, uang Rp50 juta yang diserahkan itu pun dikembalikan lagi kepada Anus oleh Rio Senta.
Meldyanti Hagur Tak Merespon, Rio Senta Bantah
Pengakuan Anus soal pertemuan dan upaya bagi-bagi proyek yang melibatkan Meldyanti Hagur sontak mendapat respon dari berbagai kalangan.
Halaman : 1 2 Selanjutnya