Baru saja disiarkan secara langsung kesaksian alumni PMKRI se-Indonesia yang diwakili oleh alumni PMKRI Manggarai. Kisah dukungan konsolidasi ideologi dan pembentukan karakter, teguh dalam mobilisasi kepemimpinan dan pengkaderan, serta pengorbanan material telah ditunjukkan oleh mantan Bupati Manggarai, Bapak Deno Kamelus untuk keluarga besar PMKRI se-Indonesia.
Setitik tentang Bapak Deno Kamelus ini saya tulis dari Gedung JICA FPMIPA Bandung, sambil menahan air mata. Mengapa? Gambaran menyeluruh tentang Bapak Deno ini baru terlihat jelas dari kesaksian anak didik atau adik-adiknya di PMKRI. Saya sendiri adalah alumni GMNI, yang secara historis memiliki persaingan dengan PMKRI minimal saat kami kuliah di Kupang.
Salah kira tentang Bapak Deno Kamelus
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tahun 2014, untuk pertama kalinya kami unit Prodi Pendidikan matematika STKIP Santu Paulus Ruteng melaksanakan latihan kepemimpinan tingkat dasar untuk para mahasiswa. Saya didapuk menjadi ketua panitia dan menginisiasi untuk menghadirkan beliau sebagai salah satu pemateri. Beliau sangat antusias saat kami menghubunginya dan memastikan kehadirannya.
Pada tahun yang sama, lagi-lagi prodi kami melakukan kegiatan seminar sehari. Kembali saya meminta beliau membawakan materi. Beliau juga antusias dan bersedia hadir.
Tahun 2015, kami melakukan latihan kepemimpinan tingkat menengah. Beliau juga hadir dan dengan semangat memberikan materi kepada para mahasiswa.
Kami tentu sangat senang akan kehadiran dan respeknya pada permintaan kami. Namun, ada keraguan bahwa kehadiran dan antusiasmenya itu mungkin saja terkait dengan pencalonannya di Pilkada Manggarai, baik untuk tahun 2015 maupun ke depannya.
Membimbing yang muda menghargai yang tua
Perkiraan saya ini terbantahkan dengan sendirinya. Saat kami melaksanakan pelatihan manajemen kepemimpinan mahasiswa pada tahun 2016, beliau juga hadir. Padahal, saat itu sudah menjadi bupati.
Beliau meninggalkan pekerjaannya demi membagikan pengetahuannya terutama tentang karakter kepemimpinan. Mengapa? Jawabannya karena filosofi organisasi PMKRI yang telah diletakan oleh Bung Kanis Pari telah berakar dalam diri Bapak Deno dan berkecambah dalam perbuatannya. Misalnya, membimbing yang muda dan menghargai yang tua atau senioritas.
Senioritas dalam konteks ini adalah peduli terhadap adik-adik yang baru belajar. Agar mereka, minimal mengikuti jejak seniornya menjadi pemimpin dengan visi dan misi yang jelas, berarti bagi sesama.
Beliau tidak ragu meninggalkan pekerjaannya seberapa penting pekerjaan itu hanya untuk membimbing adik-adiknya. Kapasitas akademik dan pengalaman organisasinya mengantarkan dia menjadi wakil bupati dua periode dan bupati 1 periode.
Efek hawthorne
Halaman : 1 2 Selanjutnya