Langkah pemerintah Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menggiatkan budidaya kedelai patut diapresiasi. Ini peluang untuk memberikan kontribusi untuk mengatasi masalah pangan nasional, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Secara nasional, pasokan kedelai masih defisit. Artinya, produksi di dalam negeri lebih kecil dibandingkan tingkat kebutuhannya.
Menurut data neraca pangan Kementerian Pertanian, dari 12 pangan pokok, empat diantaranya mengalami defisit yaitu kedelai defisit 2,5 juta ton; bawang putih defsit 366.900 ton; daging sapi defisit 134.357 ton dan gula konsumsi defisit 234.698 ton.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kita masih impor biji kedelai 2,5 juta ton dan kita agak besar (impor) di bungkil kedelai 4,9 juta ton,” ungkap Ismail Wahab, Direktur Serealia, Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) dalam sebuah diskusi di Jakarta, belum lama ini.
Data yang disampaikan Ismail ini merupakan data impor kedelai pada tahun 2021. Baik impor kedelai maupun bungkil kedelai, nilai totalnya mencapai Rp62 triliun. Impor tersebut berasal dari Argentina (39%), Amerika Serikat (29%) dan Brazil (25%).
Ismail mengatakan impor kedelai ini harus terus dikurangi dengan meningkatkan produksi di dalam negeri. Saat ini luas panen kedelai di Indonesia mencapai 134.700 hekater,dengan total produksi bungkil kedelai mencapai 216.863 ton.
Dalam skenario yang dibuat Kementerian Pertanian, dengan berbagai staretegi diantaranya peningkatan produksi dan provitas, Indonesia secara bertahap mengurangi ketergantungan pada impor kedelai.
Halaman : 1 2 Selanjutnya