Kebanyakan kawan-kawannya terpapar radikalisme melalui literasi. “Kurang lebih 95% teman-teman sadar. Bertaubat setelah membaca literasi yang diterjemahkan kembali oleh ustad dan bisa kembalike masyarakat,” ujar Mukhtar.
Di sisi lain, jelasnya, pencegahan aksi terorisme sangat sulit, karena siapapun bisa terpapar radikalisme. Apalagi, di era digital saat ini, kata dia, aksi teror tidak lagi membutuhkan komando.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Jadi, enggak ada koordinasi. Tadi, saya katakan demikian, sehingga mereka berimprovisasi, berinovasi membuat bom sendiri juga kadang (mempelajari) dari internet),” ujar Mukhtar.
Untuk diketahui, ZA, terduga teroris di Mabes Polri adalah seorang perempuan milenial usia 25 tahun. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan ZA merupakan mantan mahasiswa di salah satu perguruan tinggi yang telah di drop out (DO) pada semester lima. Pun terduga pelaku bom pasangan suami istri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, juga dikatahui generasi milenial kelahiran 1995.
Halaman : 1 2