Jakarta – Bank Indonesia (BI) menegaskan komitmennya untuk memperkuat ketahanan eksternal dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang saat ini terus melemah terhadap dolar AS.
Hal ini disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam Sidang G20 dan IMF di Washington DC, Kamis (18/4).
Penegasan tersebut dilakukan seiring dengan meningkatnya ketidakpastian global dan ketegangan di Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Stabilisasi nilai tukar menjadi bagian penting. Kami terus memastikan stabilitas Rupiah tetap terjaga dengan intervensi valuta asing dan langkah-langkah lain yang diperlukan,” kata Perry.
Diketahui, pada hari ini, Jumat (19/4), nilai tukar dolar AS terhadap rupiah mengalami penguatan. Mata uang Paman Sam naik 117 poin (0,72%) ke level Rp 16.279.
Menurut data RTI, pada Jumat (19/4), dolar AS mencapai level tertingginya di Rp 16.279 dan terendahnya di Rp 16.162. Penguatan ini terjadi di semua periode, yaitu harian, bulanan, dan tahunan.
Di Asia, dolar AS juga menunjukkan tren penguatan terhadap mayoritas mata uang lainnya, dengan pengecualian yen Jepang.
Menurut Perry, di antara negara-negara emerging markets, Indonesia termasuk yang memiliki perekonomian kuat. Hal ini ditopang oleh kebijakan fiskal dan moneter yang pruden dan terkordinasi dengan baik.
“Perekonomian kita kuat dalam menghadapi dampak rambatan global akibat ketidakpastian penurunan suku bunga The Fed. Juga dalam menghadapi tekanan akibat meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah,” ujarnya.
Selain intervensi valuta asing, BI juga akan melakukan pengelolaan aliran portfolio asing yang ramah pasar, termasuk operasi moneter yang “pro-market”.
Langkah tersebut dilakukan terintegrasi dengan pendalaman pasar uang guna mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.
Penulis : Alex K
Editor : Alex K