Anggota Komisi X DPR dari Fraksi PKS, Fahmy Alaydroes menilai kasus penganiyaan yang dilakukan Mario Dandy Satriyo, anak pejabat tinggi pajak menggambarkan problem pelik bangsa ini, khususnya terkait lemahnya pencapaian negara dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkarakter dan beradab. Padahal, kata dia, pemerintah telah mencanangkan program Revolusi Mental.
“Ini menunjukan kegagalan revolusi mental karena Mario adalah anak pejabat pajak yang memiliki gaya hidup hedon, pamer mobil mewah, tapi belum bayar pajak,” kata Fahmy kepada wartawan, Selasa (7/3).
Fahmy menyebut, ada beberapa kejadian memalukan yang dilakukan oknum-oknum aparat dan pejabat di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang justru sangat menohok jargon revolusi mental yang disuarakan Kepala Negara.
“Kebijakan revolusi mental yang didengungkan Presiden Jokowi tampak semakin kosong dan tak bermakna,” ungkapnya.
Alih-alih bermoral dan bermental baik, kata Fahmy, justru banyak aparat dan pejabat berperilaku yang terkesan mengidap krisis moral, mulai dari korupsi yang semakin menjadi-jadi, hingga oknum aparat yang terlibat dalam pelanggaran dan penyelewengan hukum.
Kegagalan kebijakan revolusi mental, lanjut Fahmy, mirip dengan profil pelajar Pancasila yang digagas Kemendikbudristek.
“Di kalangan pelajar, juga banyak terjadi kasus-kasus amoral bahkan kriminal yang bertolak belakang dengan profil dan karakter Pelajar Pancasila,” tuturnya.