Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, mengatakan, wacana untuk menduetkan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo dalam satu paket capres-cawapres hanyalah ilusi yang sangat mustahil untuk diwujudkan.
Menurut Ipang, sapaan akrabnya, menggabungkan Prabowo dan Ganjar dalam satu tim pasangan calon memiliki potensi untuk memenangkan pemilihan presiden dengan lebih mudah dalam format dua kandidat calon presiden. Namun, ini juga memunculkan sejumlah kompleksitas terkait dengan penentuan siapa yang akan menjadi calon presiden dan siapa yang akan menjadi calon wakil presiden.
Keputusan ini, kata dia, akan memiliki dampak besar pada elektabilitas partai-partai yang terlibat dalam pemilihan presiden yang dilakukan secara serentak.
“Ini adalah persoalan rumit dan pelik karena akan berkaitan secara langsung dengan elektabilitas partai di tengah proses pemilu yang dilakukan secara serentak,” kata Pangi dalam keterangannya, Rabu (27/9).
Menurutnya, PDIP tidak akan dengan mudah mengorbankan posisinya sebagai partai pemenang pemilu demi memuluskan langkah Prabowo dan Gerindra. Begitu pula dengan Gerindra yang akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenangkan Prabowo sebagai calon presiden sekaligus mengantarkan keberhasilan legislatif bagi Gerindra sebagai partai pemenang pemilu.
Di sisi lain, jika format koalisi besar tidak terbentuk dan pada akhirnya ada tiga poros koalisi, maka hal ini akan menjadi dilema bagi kubu nasionalis (PDIP dan Gerindra) yang akan membuka peluang munculnya kuda hitam (Anies Rasyid Baswedan) sebab jarak elektabilitasnya dengan Ganjar Pranowo tidak terpaut terlalu jauh.
Merujuk data terbaru dari survei Voxpol Center, menunjukkan bahwa, belum ada kandidat dengan elektabilitas yang cukup meyakinkan, elektabilitas ketiga kandidat tidak terpaut terlalu jauh.
Halaman : 1 2 Selanjutnya