Penelusuran Tajukflores.com, rata-rata lokasi kafe remang-remang ini berada di bagian selatan Labuan Bajo.
Ada pula yang terletak di jalan negara Labuan Bajo-Ruteng. Tamu biasanya dihidangkan bir dan ditemani waitress berpakaian seksi.
Harga bir biasanya Rp75 ribu satu botol. Dan jasa waitress atau biasanya disebut tip Rp100 sampai Rp150 ribu per jam.
“Kalau pakai room (ruang VIP) biasanya lebih mahal lagi mas,” jelas seorang satpam, sebut saja A, yang bertugas menjaga kafe di pinggir jalur Ruteng-Labuan Bajo.
Namun, dari penelusuran Tajukflores.com, tidak semua waitress melayani tamu di kamar. Hanya sebagian saja yang melakukan itu.
Ada yang melakukannya di hotel ada pula di rumah kontrakan atau kos-kos tertentu di Labuan Bajo.
“Pelanggan kami ada bervariasi, ada anak muda sampai yang tua. Ada pengusaha, ada juga pejabat,” imbuhnya.
Kedua, bisnis prostitusi juga dilakukan di tempat pijat tradisional alias pitrad. Sama seperti gejala di Kota Kupang, Ibu Kota Nusa Tenggara Timur. Bisnis tempat pijat tradisional mulai berkembang di Labuan Bajo di antaranya wilayah Lamtoro, area Gorontalo atau Pasar Labuan Bajo.
Sekali pijat tamu akan dimintai biaya sebesar Rp100 sampai Rp150 ribu. Itu bervariasi dan berbeda-beda di antara panti pitrad.
Tak jarang ada pula tamu yang meminta layanan esek-esek. Menurut pengakuan seorang wanita paruh baya yang bekerja di salah satu pitrad yang didatangi tim Tajukflores.com, mereka jarang menawarkan jasa.
“Tamu dong yang minta, Mas?,” tutur wanita berinisial A (49).
“Berapa sekali kencan?”
“300 mas,” jawabnya.