Agar Anak Tak Kecanduan Gadget dan Game Online

Kamis, 4 November 2021 - 14:57 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Direktur Lentera Insan Child Development and Education Center, Fitriani F Syahrul mengatakan kecanduan gadget pada anak dan remaja cenderung terjadi pada gamers online. Konten-konten yang menarik dan adanya kompetisi pada game memicu adrenalin membuat anak betah dan menikmatinya.

“Jadi karena ada target, ada sifat kompetisi, mereka main online dengan lawannya kan. Itu kan ada unsur adiktif, memacu adrenalin, menimbulkan kesenangan. Karena kalau dihentikan artinya dia kalah. Secara nature (alami) orang kan gak mau kalah. Maunya menguasai, mendominasi. Ini pas banget ya ditampilkan di game,” kata Fitriani saat dihubungi, Kamis (2/4).

Sifat adiktif pada game, menurut Fitriani menyebabkan anak atau seseorang bertindak brutal bahkan berujung pada aksi pembunuhan. Kasus tersebut terjadi di Tanjung Duren, Jakarta Barat dimana CC, seorang pemuda berusia 18 tahun tega menusuk ibu kandungnya yang menyebabkan korban mengalami luka serius.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Sekarang juga kita sering dengar ya, dimana kasus-kasus pembunuhan, ketika ditanya, ternyata latar belakangnya gamers,” jelas psikolog anak dan keluarga ini.

Selain game online, keseringan anak menggunkan gadget juga menyebabkan kecanduan pornografi. Fitriani menemukan tersebut pada pasien-pasien anak yang ditanganinya.

“Itu juga membuat orang adiktif. Karena ada tingkatan juga kan di pornogarfi. Misalya ada cewek seksi, besok-besok berpegangan, besok-besok ciuman, dan seterusnya. Sampai kepada vulgar sekali hingga akhirnya anak ini atau orang yang melihat terus gambar ini, dia pengen lebih lagi daripada itu,” kata dia.

Menurut Fitriani, faktor yang mendorong seorang anak, remaja hingga orang dewasa sekalipun kecanduan game karena kurangnya kontrol diri. Meski tidak semua gamers menjadi pecandu, namun kurangnya kontrol diri sangat riskan pada anak dan remaja menjadi adiktif.

Baca Juga:  Meninggal di Usia 96 Tahun, Ini Jasa Besar Pater Ernest Waser SVD untuk Manggarai

“Jadi ada faktor kontrol diri masih berperan (pada orang dewasa). Tapi untuk anak-anak sampai remaja menurut saya sangat riskan. Kemungkinan besar adiktif,” ujarnya.

Menurut Fitriani, adiksi game menyebabkan keluhan fisik hingga perubahan struktur dan fungsi otak. “Saya punya klien itu jarinya benar-benar bengkok kayak struk gitu, sampai dia nangis. Ketika ditanya orang tua, bilang karena main game gak berhenti. Itu kan kondisi pada syaraf, bisa mengikuti pola yang terus-menerus kan,” jelasnya.

Psikolog Oriza Sativa mengatakan kecanduan gadget membuat seorang anak melupakan kegiatan hariannya (activity of daily living/ADL). Risiko paling parah bisa seperti yang dialami Raden Tri Sakti, seorang anak berusia 12 tahun di Subang Jawa Barat.

Remaja berusia 12 tahun itu meninggal karena kecanduan game. Berdasarkan diagnosa Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Purwakarta, Raden meninggal karena mengalami gangguan saraf akibat keseringan bermain game online.

“Kemungkinan risiko kematian pada anak menjadi sangat lebih besar ketika dia kecanduan gadget. Sama kayak misalnya orang tua sakit jantung, risiko kematian kan tinggi. Itu jadi kalu menurut saya, gadget komorbid aja, faktor penyerta. Jadi dia mengabaikan faktor keselamatan dia, mengabaikan faktor ADL tadi,” kata Oriza.

Menurut Oriza, risiko adiksi gadget pada anak sangat rentan pada masa pandemi ini. Oriza berkaca pada temuan KPAI yang dirilis pada Agustus 2020 lalu dimana 60 persen anak menggunakan gadget akibat kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang mengharuskan siswa mengakses internet. Dari jumlah itu, 22 persen siswa menyaksikan konten pornografi.

“Iya (masa) pandemi ini anak-anak kekurangan aktivitas ya. Kalau sekolah, dia banyak aktivitas, capek, mungkin anak lebih nyenyak tidur. Tapi sekarang (masa pandemi) kan tidak ada aktivitas berarti,” jelas Oriza.

Baca Juga:  Kisah Ben Isodorus, Pria Rendah Hati yang Lolos ke DPRD NTT

Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (Kemen PPPA) Nahar mengatakan, game online menjadi salah satu media online yang membutuhkan perhatian serius semua pihak.

Menurutnya, game memiliki sisi positif bagi anak, misalnya menjadi sarana hiburan yang menyenangkan dan menghilangkan stress, melatih koordinasi mootrik, mengembangkan kemampuan berfikir, meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri, melatih multi-tasking, dan membangun semangat kerjasama.

“Namun, orang tua sebagai pendamping utama perlu memahami bahwa tidak semua game bermanfaat dan baik dimainkan anak. Ada beberapa games yang berbahaya, misalnya memuat adegan pornografi, mengandung adegan kekerasan, memuat hate speech atau memuat adegan judi,” jelas dia.

Menurut Nahar, anak yang memiliki pola komunikasi yang kurang baik dengan orangtuanya lebih rentan menjadi korban adiksi games atau konten-konten di media sosial hingga kekerasan dan eksploitasi di media sosial. Selanjutnya, anak yang di rumah mengalami situasi BLAST (bored, loneliness, angry, stress and tired) akan berpeluang menjadikan games, internet dan media sosial sebagai media katarsis atau pelarian.

“BLAST merupakan fenomena yang merujuk pada rapuhnya kondisi anak-anak di era digital akibat lemahnya sistem sosial yang paling utama dalam kehidupan mereka, yakni keluarga,” kata dia.

Nahar mengatakan BLAST memiliki dampak yang serius terhadap proses tumbuh kembang anak. Jika anak tidak bisa mengendalikan diri dan mengalami BLAST, tentu akan berpengaruh buruk pada dirinya sendiri, kelompoknya, ataupun orang lain.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Tajukflores.com. Mari bergabung di Channel Telegram "Tajukflores.com", caranya klik link https://t.me/tajukflores, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca juga berita kami di:

Berita Terkait

Mari Berkenalan dengan Cucu Soeharto yang Ganteng dan Setia Ini, Bisnisnya Menggurita
Sosok Orang Kaya Jepang yang Ramai Diperbincangkan karena Dukung Palestina
Bangun Masjid dari Bekas Gereja, Simak Kisah Sukses Hanny Kristianto
Pemilik Tol dan Punya Harta Triliunan, Jusuf Hamka Malah Beli Peci di Pasar
Pengakuan Maya Puspita, PMI Berhati Mulia yang Lindungi Majikannya saat Gempa Taiwan
Profil Romo Magnis Suseno yang Sebut Presiden Mirip Pencuri, Latar Belakang Pemikiran dan Karya Intelektual
Kisah Pastor Muda Keuskupan Ruteng Lolos Seleksi Anggota Polisi Jalur SIPSS
Profil Romo Hironimus Pakaenoni, Uskup Baru Keuskupan Agung Kupang
Berita ini 34 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 26 April 2024 - 21:30 WIB

Penjelasan Lengkap Beserta Kronologi Kejadian Pastor Paroki Kisol yang Diberitakan Bersama dengan Istri Orang dalam Kamar

Jumat, 26 April 2024 - 14:51 WIB

Klarifikasi Romo Agus Iwanti, Pastor Paroki Kisol yang Diberitakan Berduaan dengan Istri Orang dalam Kamar

Jumat, 26 April 2024 - 09:33 WIB

Keuskupan Ruteng Klarifikasi Dugaan Keterlibatan Romo Agustinus Iwanti dalam Perbuatan Tak Terpuji

Kamis, 25 April 2024 - 21:07 WIB

Profil Romo Agustinus Iwanti, Pastor Paroki Kisol yang Kepergok Berduaan dengan Istri Orang dalam Kamar

Kamis, 25 April 2024 - 19:35 WIB

Heboh, Romo Pastor Paroki Kisol Diduga Tertangkap Basah Berduaan di Kamar dengan Wanita Bersuami

Kamis, 25 April 2024 - 13:00 WIB

KPU Manggarai Timur Terima Dana Hibah Rp28 Miliar untuk Pilkada 2024

Kamis, 25 April 2024 - 10:55 WIB

Data Dinkes, Kasus Flu Singapura di Yogyakarta Melonjak!

Minggu, 21 April 2024 - 14:15 WIB

Dikenakan Wajib Lapor, Polres Mabar Panggil Guru dan Orang Tua Pelajar SMK Terlibat Tawuran di Labuan Bajo

Berita Terbaru

Helmy Yahya

Gaya Hidup

3 Ciri Orang yang Tidak Akan Sukses versi Helmy Yahya

Jumat, 26 Apr 2024 - 22:33 WIB

7 Link Download Twibbon HUT Kota Cilegon ke-25 Tahun 2024

Tekno

7 Link Download Twibbon HUT Kota Cilegon ke-25 Tahun 2024

Jumat, 26 Apr 2024 - 21:59 WIB