“Tanki sebenarnya hanya antisipasi, hanya ada orang tertentu yang berasumsi bahwa air jalan pada saat itu berasal dari tanki,” jelas dia.
Lebih jauh, Karolus menambahkan, pihak PDAM telah menjelaskan bahwa sangat tidak logis jika air yang berasal dari tanki didistribusikan ke pipa yang hanya berukuran air satu dim.
“Bagaimana kita hubungkan antara pipa satu dim ke dua dim. Kalau ambil dari tanki pasti airnya pasti meluap apalagi tekanan mesin,” jelas Karolus mengutip penjelasan pihak Perum Tirta Komodo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebenarnya, kata dia, pihak Tirta Komodo sempat memotong pipa. Namun pipa itu sebenarnya bukan untuk menyalurkan air dari tanki. Akan tetapi untuk menyambungkan pipa untuk guna menyalurkan air ke kecamatan dari sumber mata air yang berbeda.
“Selama ini kan, pipa di kecamatan itu hari pipa dari Wae Mbor sedangkan dari Wae Nareng itu untuk Nanu dan Malip. Mereka potongkan pipa yang sumbernya dari Wae Nareng,” jelas Karolus.
Kemarin, kata Karolus, sudah disepakati untuk menghentikan semua polemik. Sesungguhnya rekayasa itu hanya asumsi dan masyarakat telah berterimakasih kepada Pemda Manggarai terlebih khusus kepada Bupati Deno Kamelus karena mereka telah menikmati air minum bersih di rumah-rumah penduduk.
“Saya mau masyarakat jangan sampai terbelah, terkontaminasi, terjebak dalam permainan orang-orang yang mencoba dengan agenda lain. Kemarin sudah damai dan aman,” ujar dia.
“Poinnya, masyarakat Malip pascapersemian sudah menimkati air dari PDAM. Mereka mengucapkan terimakasih kepada Pak Bupati,” kata dia.
Karolus berharap agar masyarakat Cibal Barat tidak menelan mentah-mentah informasi yang belum bisa dipertanggungjawabkan.
“Saya juga berharap kalau kita mendapatkan informasi, dan idak menganalisanya, yang rugi masyarkat itu sendiri,” pungkas Karolus.
Halaman : 1 2