Kasus makan fases manusia oleh oknum kakak kelas terhadap 77 siswa Seminari Bunda Segala Bangsa Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa hari yang lalu masih menjadi topik pembicaraan di Facebook.
Perlakuan tidak menyenangkan oleh kedua kakak kelas tersebut pun sudah diklarifikasi oleh pimpinan Seminari Bunda Segala Bangsa Maumere, Romo Deodatus Du`u.
“Terminologi `makan` yang dipakai oleh beberapa media saat memberitakan peristiwa ini agaknya kurang tepat. Sebab yang sebenarnya terjadi adalah seorang kakak kelas menyentuhkan sendok yang ada feses pada bibir atau lidah siswa kelas VII,” jelas Deodatus dalam keterangan tertulis pada Kamis, (27/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Aksi itu, kata Romo Deodatus bukan dilakukan oleh pembina atau pendamping. Melainkan dilakukan dua siswa kelas XII yang bertugas menjaga kebersihan area asrama siswa kelas VII.
Lebih jauh, ia menjelaskan kronologis kejadian itu. Deodatus menjelaskan insiden itu bermula ketika salah seorang siswa kelas VII membuang kotorannya sendiri di kantong plastik yang disembunyikan dalam lemari kosong di kamar tidur. Feses tersebut ditemukan oleh kakak kelas XII yang tengah bertugas menjaga kebersihan area asrama siswa kelas VII.
Namun, lanjutnya, ketika ditanya siapa yang membuang, tidak ada yang mengaku. Kedua kakak kelas tersebut pun naik pitam, dan salah seorang kakak kelas mengambil kotoran dengan sendok makan dan menyentuhkannya ke bibir dan lidah siswa kelas VII.
Adapun perlakuan yang didapat setiap siswa kelas VII berbeda. Para kakak kelas itu juga meminta siswa kelas VII untuk tutup mulut dan tidak melapor ke Romo maupun Frater.
Kejadian itu terungkap ketika salah satu siswa kelas VII mendatangi para pembina pada Jumat, (21/2). Siswa itu datang bersama orang tuanya untuk melaporkan kejadian yang ia alami.
Menanggapi laporan tersebut, Deodatus dan seluruh jajarannya langsung mengambil respons cepat. Setelah mempelajari kronologi kejadian, kedua kakak kelas tersebut telah meminta maaf di hadapan orang tua terkait masalah ini.
Seminari juga mendampingi para siswa kelas VII untuk pemulihan mental dan menghindari trauma.
Dua oknum kakak kelas yang tegah melakukan perlakuan tidak menyenangkan itu pun dikeluarkan dari sekolah.
Halaman : 1 2 Selanjutnya