Sementara, sambung dia, pemberitaan tokoh lokal menjadi terbatas karena isu yang dibahas dan diberitakan juga sangat lebih kecil. Tokoh-tokoh lokal ini biasanya muncul dalam pemberitaan bila ada peristiwa besar yang terjadi di wilayah kepemimpinannya.
“Kesepuluh nama itu muncul karena partai atau kelompok pendukungnya selalu mengaitkan dengan pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta,” ujarnya.
Menurut Radhiatmoko, wakil gubernur petahana Ahmad Riza tentu didukung partainya, Gerindra, tapi kelihatannya hanya ingin posisi tetap sebagai calon wakil gubernur (cawagub). Nama Risma dan Gibran disuarakan PDI Perjuangan dan mungkin mendapat restu istana negara, disamping nama lain Basuki alias Ahok dan Bahlil pendatang baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Adapun PKS belum bersuara resmi tentang cagub DKI, namun publik menyebut sosok Mardani. Sementaram Nasdem mengajukan Sahroni dan Golkar menimbang-nimbang Ahmed Zaki atau Airin. Nama-nama lain berseliweran, mungkin akan terjadi kejutan di akhir masa pendaftaran Pilkada,” jelas Radiathmoko, pengajar Sosiologi Digital di kampus Universitas Indonesia.
Radiathmoko menambahkan, nama Mardani berkibar terutama dalam pemberitaan media online (6.176 data) dan cuitan Twitter (817). Semantara di kanal lain seperti Youtube, Facebook dan Instagram masih minim. Sentimen pemberitaan dan perbincangan tentang Mardani menunjukan 55,49% sentimen positif, 27,94% sentimen negatif dan netral (16,57).
“Tetapi fokus pemberitaan dan percakapan tentang Mardani belum membangun personal branding yang kuat atau afiliasi politik PKS. Penggunaan hestek untuk mendongkrak popularitas juga lemah, malah terasosiasi dengan PD dan AHY,” ungkapnya.
Sementara, Ahmad Riza cukup terukur kinerjanya dengan 5.151 data pemberitaan dan 92 cuitan. Sebagian besar netizen (59,9%) bersentimen positif. Sekitar 27,90% negatif dan 12,19% netral. Personal branding Riza Patria cukup kuat dalam pembentukan isu publik, dalam hal pengendalian Covid varian omicron dan afiliasi partai.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya